Impotensi
merupakan suatu kelainan yang dialami oleh laki- laki dimana ia tidak dapat
melakukan senggama meskipun ada keinginan untuk bersenggama yang diakibatkan penisnya
tidak mampu berereksi atau tidak mampu mempertahankan ereksinya ketika
terangsang. Seorang pria dikatakan mengalami impotensi ( kehilangan kemampuan
seks) jika telah mengalami kegagalan dalam senggama sebanyak 3 kali.
Ragam
impoten adalah dimulai dari hilangnya gairah (libido) disebut impotentia
libidinis, ereksi (impotentia erectionis), ejakulasi (impotentia
satisfactionis) dan orgasmus (impotentia satisfactionis atau impotentia
emotionis)
Berdasarkan
waktu kemunculanya impotensi dibagi
menjadi 3 yaitu impotensi absolute, impotensi relative dan impotensi selektif. Impotensi
absolute merupakan gangguan potensi seksual yang terjadi terus menerus, kapan
dan dimana saja. Impotensi relative merupakan gangguan potensi seksual yang
kemunculanya tergantung situasi maupun kondisi tertentu. Impotensi selektif
terjadi dimana muncul keluhan impotensi yang terjadi pada pasangan tertentu dan
lancer- lancer saja pada pasangan yang lain.
Proses
ereksi disebabkan adanya rangsangan pada syaraf parasimpatis yang menimbulkan
pelebaran aliran dara arteri penis. Jika terjadi relaksasi dari otot polos
korpus kavernosum (berbentuk dua bua pipa dalam batang penis) maka mudah
tercapai. Dengan rileknya otot polos, aliran darah dari vena mengisi korpus
kavernosum dengan tekanan tinggi dan karena pengeluaran melalui vena lebih
lambat, dapat menyebabkan penis mengembang dan mengeras. Hal ini terjadi pada
pria normal yang tidak menderita impoten. Sedangkan pada penderita impotent
aliran darah dari arteri mengalami kemacetan karena berbagai sebab sehingga tidak dapat melakukan ereksi. Ada yang
mengatakan 99-95% penyebabnya adalah akibat problem kejiwaan.
Dari
penyebab timbulnya, impotent dibagi menjadi tiga yaitu organik, fungsionil dan
psikogen. Impotensi organik disebabkan oleh cacat pada organ atau anatomi alat
kelamin atau pada system syarafnya. Impotensi fungsional disebabkan akibat
terganggunya system syaraf oleh pemakaian obat- obatan termasuk juga heroin dan
semacamnya, pengkonsumsian alcohol dan obat bius yang berlebihan atau bisa juga
disebabkan faktor lanjut usia, kekurangan hormone, kelelahan dan gangguan pada
kesehatan badan, misalnya menderita penyakit diabetes atau hipertensi. Impotensi
psikogen disebabkan oleh ganguan- gangguan kejiwaan, emosiaonal (ketakutan,
kecemasan, kecewa, jengkel, keinginan balas dendam, hilang percaya diri dan
lain- lain). Impotensi psikogen dapat disebabkan oleh pihak luar. Misalnya saja
seorang istri yang selau menghina suaminya dengan sebutan banci atau lemah
syahwat. Penginaan semacam ini bisa juga muncul dari teman pergaulan hingga
menimbulkan devaluasi diri. Hal ini juga bisa disebabkan oleh ibu yang keras,
pemarah dan cerewet dalam memperlakukan anak laki- lakinya. Hal lain juga
disebabkan oleh sugesti dirinya sendiri bahwa ia memang tidak mampu untuk
melakukan ereksi ketika senggama.
Harus
diyakini, bahwa seorang laki- laki yang masih bisa melakukan ereksi setelah
bangun tidur, tetapi tidak dapat melakukan ereksi setelah senggama, maka bisa
dipastikan ia menglami gangguan kejiwaan. Usaha untuk menghilan beban kejiwaan
dapat dilakukan dengan memecahkannya bersama pasangan, mengikuti psikoterapi,
dan usaha lain yang dapat melepas beban kejiwaan tersebut. Bila gangguannya disebabkan
masalah organic, maka perlu dilakukan penyuntikan vaso aktif (pelancar aliran
darah) kedalam jaringan korpus kavernosum dapat dilakukan tiap kali sebelum
senggama. Pada kasus kesulitan ereksi
karenacidera pada penis yang menyebabkan penis tidak dapat terisi darah, maka
tindakan operasi penanaman protesa yang dapat diatur ereksinya. Protesa ini
diberi semacam pompa hidroleik berfungsi mengisi protesa dalam penis sehingga
terjadi ereksi pada penis. Meski hasil kerjanya lebih memuaskan dengan sistim
idrolik karena menyerupai kondisi ereksi biasa, tapi maslah mekanis bisa saja
timbul baik dalam pemasangan silicon maupun hidrolik dan kemungkinan terjadinya
infeksi dapat saja terjadi. Secara umum, meski banyak keluhan atau
ketidakpuasan terhadap kerja protesatetapi jarang pria melakukan implantasi
menginginkan protesanya diangkat kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pengunjung Yang Baik Selalu Meninggalkan Komentar Yang Bijak dan Tidak Menyinggung
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda