assalamualaikum photo assalaamualaikum11.gif

Minggu, 19 Mei 2013

Homoseksual (abnormalitas seks)


Homoseksual merupakan rasa tertarik kepada kaum sesama jenis (pria suka dengan pria, wanita suka dengan wanita). Untuk kaum pria sering dikenal dengan sebutan Gay, dan wanita dikenal dengan sebutan lesbian. Homoseksual ini merupakan suatu kelainan/ abnormalitas seks yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
1.       Faktor bawaan (herediter) berupa ketidakseimbangan hormon- hormon seks
2.      Pengaruh lingkungan yang tidak baik/ tidak menguntungkan bagi perkembangan kematangan seksual yang normal
3.       Seseorang selalu mencari kepuasan hibungan homoseks, karena ia pernah menghayati pengalaman homoseksual yang menggairahkan pada masa remaja
4.      Pengalaman traumatis dengan ibu atau ayahnya, sehingga timbul kebencian antipasti terhadap ibu/ wanita umumnya atau ayah/lelaki pada umumnya. Contohnya seorang anak perempuan yang sering melihat sang ayah memukul sang ibu ketika mereka bertengkar. Akhirnya akan muncul rasa benci atau trauma si anak terhadap sang ayah sebagai sosok laki- laki, sehingga akhirnya ia bertekat untuk tidak menikah atau berhubungan dengan laki- laki.
Banyak yang berpendapat, penjara dan asrama-asrama putra, atau tempat para pemuda terpisah dengan wanita menjadi tempat yang subur untuk memunculkan manusia gay. Untuk Negara barat, pernyataan diatas memang suatu kenyataan. Akan tetapi, untuk kalangan muslim,atau Negara yang seksualitasnya tidak seperah Negara barat, pernyataan itu memerlukan kajian ulang. Jangan jadikan alasan menghindari kemunculan homoseksual dengan menempuh pembaharuan jenis kelamin agar tumbuh perkembangan remaja yang lebih sehat. Tetapi  bukan berarti homoseksual tidak bisa merambah ke tempat- tempat seperti pesantren. Di salah satu majalah pernah memuat suatu konsultasi seorang yang pernah diajak homoseks ketika ia tinggal dipesantren.
Pada dasarnya, terlahirnya manusia homoseksual adalah karena pola piker terhadap seks itu sendiri. Meski banyak usaha baik secara filosofi atau mengatasnamakan hak asasi manusia bahkan mencari jawab dari perkembangan manusia guna membuktikan bahwa homoseksualitas itu merupakan suatu hal yang manusiawi atau wajar yang pada akhirnya tetap saja kesemua itu membantah realita seksualitas manusia. Bahwa manusia ada dan bertahan hingga sekarang adalah karena heteroseksual. Hendaknya kita saari bahwa memasukkan homoseksual sebagai bentuk kewajaran seks manusia sama saja mempersiapkan manusia kearah kemusnahan. Tidak ada lagi yang melahirkan keturunan manusia.
Jika perkembangan etik mengenai homoseks ini seperti sekarang ini, bukan tidak mungkin kejadian yang telah Allah gambarkan pada masyarakat nabi Luth akan muncul kembali. Ketidakjelasan standart normal- abnormal sekarang ini, tidak menutup kemungkinan kaum homoseksual akan lebih balik menuduh kaum heteroseksual sebagai melakuan perbuatan abnormal, begitulah kejadian dizaman Luth.
Allah SWT berfirman:”Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya:”mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah (homoseksual) itu sedangkan kamu memperlihatkanya?,mengapa kamu mendatangi laki- laki untuk memenuhi nafsumu, bukan mendatangi wanita?sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu). Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan,”usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu, karena sesungguhnya mereka itu orang- orang yang (menganggap dirinya) bersih.” (an-Naml :54-56)
Itulah sebabnya dalam islam hukuman terhadap pelanggaran seks yang abnormal amat berat, didera seratus kali, atau dikurung, dirajam hingga mati (an- Nur:2 dan an- Nisa:15-16). Ini diharapkan agar reaksi berantai dari bencana akibat seks bisa dihilangkan.
Pada kenyataanya kemunculan seseorang menjadi homoseksual bukan kehendaknya sendiri. Biasanya mulai timbul kelainan ketika menginjak remaja atau fase ketertarikan seksual. Fase awal ini dikenal dengan sebutan homoseksual ego-distonik, dimana terjadi pertentangan dalam diri orang tersebut. Ia tidak menyukai kondisi homoseksualnya. Jika kondisi awal ini dibiarkan atau malah ia lebih dalam lagi terjun dalam lembah homoseksual, maka semakin sulit cara penyembuhannya. Terapi yang dilakukan tidak ada gunanya jika orang tersebut tidak meiliki keinginan yang kuat untuk merubahnya. Bagi umat islam, pengembalian keyakinan kepada illahi dengan memperbaharui keyakinan dosa dan kasih sayang illahi dalam menerima taubat merupakan sarana terapi yang paling baik. Pada dasarnya lesbian dan gay lebih dominan ditentukan oleh faktor lingkungan. Penyembuhan kembali abnormalitas ini berpeluang pada keinginan orang tersebut. Jika ia benar- benar mempunyai niatan yang kuat untuk sembuh dari kelainan tersebut. Maka dengan berbagai terapi, misalnya dengan pendekatan agama, maka insyaAllah akan sembuh. Jadi peluang itu terletak pada kemauan diri sindiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengunjung Yang Baik Selalu Meninggalkan Komentar Yang Bijak dan Tidak Menyinggung
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda