Ketika
aku keluar rumah sambil berdiri melihat foto-foto para buronan mujahidin yang
mulia, yang menjaga keutuhan agama dan kaum muslimin, maka aku sangat berharap
bahwa seberkas kertas itu tertera foto suamiku dan tertulis namanya supaya kami
mendapatkan kemuliaan pada seluruh umur kami dan Juga supaya anak- anak kami bahagia
ketika melihat ayahnya menjadi salah satu dari para pahlawan islam dan bangga
dengan keberanian yang dimiliki oleh sang ayah sehingga mereka akan lebih
bersemangat untuk meneruskan perjuangan sang ayah untuk terus bergerak mempertahankan
islam dan memperjuangkan umat dari orang- orang kafir laknatullah.
Akupun
juga menyadari bahwa memiliki suami seorang mujahid itu
tidak seindah yg dibayangkan, kita harus bersiap diri dengan segala resiko atas
jalan yg ditempuh oleh sang suami yang memilih jalan untuk menjadi
seorang mujahid. Namun aku selalu
melatih diri dan aku akan lebih bahagia jika melihat suamiku syahid di medan
perang nanti. Menjadi janda bukanlah hal yang menyedihkan, karena akupun
menyadari, tak selamanya kami bersatu, dan suatu saat Allah akan memisahkan
kami. Akupun semakin menguatkan hati bahwa agama lebih membutuhkan suamiku
daripada aku maupun keluargaq.
Menjadi
laki- laki, kewajibannya tidaklah ringan. Dan aku sebagai calon istri serta calon
ibu untuk anak- anakku kelak mengerti tentang hal itu. Di satu sisi, seorang
suami berjuang demi mengusahakan nafkah, pengayoman dan apapun yang terbaik
untuk keluarga, sampai terlupanya dirinya atas perawatan diri sendiri. Di sisi
lain, seorang suami harus mengkondisikan diri dan hatinya untuk kepentingan
diri sendiri, ditambah lagi pemenuhan kewajibannya kepada Allah. Mungkin
berat baginya untuk memilih, atau mendahulukan yang mana terlebih dahulu.
Untuk
suamiku kelak,
Jangan
ragu!. Dahulukan kepentingan Allah atas
kami. Dan insyaallah kami akan bersabar. Terlebih ketika panggilan berjihad
memanggilmu, jangan pernah kau ragu lagi. Ringankan langkahmu, dan
berangkatlah!.
Kau
adalah jagoan kami. Pemimpin teladan keluarga, maka janganlah takut dan
khawatir saat meninggalkan kami. Aku akan menjadi asisten setiamu, yang akan
menjaga anak- anak dan diriku sendiri. Jangan biarkan kehormatan saudara muslim
kita terkoyak. Jangan biarkan orang- orang kafir melecehkan islam, kehormatan
kita.
Janganlah
urusan dunia memberatkanmu, apalagi sampai mengikat hatimu untuk tetap disini.
Berangkatlah!! Tentang kami yang kau tinggalkan dibelakangmu… Suamiku, kau
masih mempunyai aku. Dan kita berdua memiliki Allah yang akan senantiasa
menjaga kami, Percayalah dengan sungguh- sungguh tentang hal itu.
Urusan
dunia ini insyaAllah tidak merisaukan aku. Dan bahkan bila kau hanya terdiam
disini dengan ringan hati membiarkan mereka, saudara- saudara kita terdholimi,
maka bagaimana aku bisa menganggakat wajahku, sedang Allah tiada berkenan atas
mu.
Bukankah
kau tahu bahwa, akupun suatu hari akan ditanya dihadapan Allah tentang tugasku
mendampingimu. Dan apa yang harus aku sampaikan kepadaNya, saat aku diberikan
pertanyaan bahwa seharusnya aku adalah alarm pertamamu, yang mengingatkanmu
saat alfa dan melupakan bahwa akidah kita, saudara kita sedang di injak- injak
oleh orang kafir.
Suamiku,
berniagalah dengan Allah dengan peluhmu di medan dakwah. Dan sungguh ini adalah
perniagaan yang akan sangat menguntungkan bagimu, begitu pula kami. Berikanlah
semua modal ilmu, harta, kesehatan, tenaga, bahkan waktumu bersama kami, hanya
untuk menegakkan Laa ilaha illallah.
Buatlah
kami bangga dihadapan Allah karena memiliki suami dan ayah sepertimu.
Bahagiakan kami dengan keberanian dan pengorbananmu menjadi prajurit Allah yang
setia. Maka kamipun akan sangat mengerti. Kami akan sangat mengerti, bahkan saat
kau tengah jauh dan sulit berada ditengah- tengah kami. Kami akan mengerti
bahwa kewajibanmu memanglah sungguh banyak, dibandingkan waktumu yang ada,
termasuk untuk kami.
Suamiku,
bahkan kau tidak akan selamanya berada dan menemani dan bersama kami. Yakinlah,
bahwa aku tidak diciptakan Allah untuk membebanimu, melainkan membahagiakan dan
meringankan tugas beratmu. Yakinlah bahwa anak- anak kita tidak di amanahkan
Allah untuk menghentikan tugas dakwah dan jihadmu, melainkan sebagai penghibur
dan peletak cita- cita masa depan kita. Maka ringankanlah pikiranmu atas kami,
semoga hal itu sedikit dapat meringankan tugas beratmu, kewajibanmu kepada
Allah.
Bahagiakan
kami dengan syahidmu. Agar kau kelak menjadi kenangan yang mendamaikan dan
menjadi teladan yang baik bagi anak- anak kita. Agar saat nanti mereka dewasa,
aku akan dengan tegak kepala menceritakan kepada mereka tentang sosok abi
mereka yang dengan gagah menjadi prajurit tauhid, walaupun mungkin kau tiada
bersama- sama kami lagi.
Maka
Jangan pernah takut dengan suara manusia yang menghardikmu dan menghina kami.
Karena memang Ridho Allah saja yang kita cari. Bukankah itu tujuan pernikahan kita,
suamiku. Jangan pula kau khawatir hal itu akan mengganggu pemikiran dan suasana
hatiku. Cukuplah ridho Allah yang membahagiakan aku, dan cukuplah ridhomu yang
menenangkan aku.
Dan maafkanlah
aku serta anak- anakmu ini jika selama ini kami mungkin telah membebanimu
dengan sesuatu yang diluar kemampuanmu. Dan kamipun akan belajar mengendalikan
diri kami agar InsyaAllah tidak kembali menyusahkanmu.
Akupun
meminta maaf, karena aku hanya memiliki kedua tangan ini yang aku serahkan
kepadamu dan dapat kau gunakan untuk apapun demi meringankan tugasmu. Akupun
juga meminta maaf, karena aku hanya punya hati yang aku belajar ridho
kepadanya untuk mengerti dan memahami serta ikut merasakan beratnya tanggung
jawabmu sebagai suami dan dihadapan Allah nanti
ummahat
yang ditinggal suaminya… Inilah indahnya bersuamikan seorang mujahid… Kepada
ummahat yang suaminya belum berangkat… akan lebih indah kehidupan berumah
tangga bila suami berangkat. Karena hikmah dari indahnya perjalanan ini bahwa
sangat tidak enak bila suami selalu berdampingan terus, bila ditinggal, maka
akan menumbuhkan kehidupan yang baru dan menambah kesetiaan terhadap suami.
Untuk
akhwat yang belum menikah… apapun kekurangan mujahidin maka dia masih mempunyai
nilai plus dibanding yang lainnya, ini sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala dalam surat An nisa’ dan Sabda Rosululloh bahwa, sebaik -baik ibadah
setelah beriman kepada Allah adalah berjihad di jalan Allah. Indah nya hidup
bersama mujahid… ketika harus bersusah payah dalam mencari ridho Allah…
Indahnya
hidup bersama mujahid… ketika ia hidup dalam naungan Al Qur’an dan As Sunnah…
Indahnya
bersuamikan seorang mujahid… ketika ia harus mempertaruhkan segala kehidupan
dunia untuk kehidupan akherat kelak.
Hiduplah
semau kamu karena itu akan engkau tinggalkan
Cintailah
semua yang engkau cintai…
Ingatlah
semua itu akan berpisah…
Berbuatlah
apa saja yang ingin anda berbuat…
Ingatlah
semua itu akan ada balasannya…
Wallahu
‘Alam Bisshowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pengunjung Yang Baik Selalu Meninggalkan Komentar Yang Bijak dan Tidak Menyinggung
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda